Rabu, 08 Juni 2016

Ada 6 Kebiasaan dalam Menyambut Ramadhan

Ramadhan tiba.... Ramadhan tiba.... Ramadhan tiba.... Salah satu kutipan lagu yang sering terdengar di televisi apabila bulan Ramadhan telah tiba. Iklan sirup, iklan sarung lebih mendominasi itu berarti Ramadhan betul-betul telah tiba. Seperti kebanyakan masyarakat di Indonesia menyambut Ramadhan dengan penuh suka cita. Pasar dadakan segera bermunculan di pinggir jalan, di depan toko, di depan rumah warga, bahkan di trotoar, yah ini berlaku di daerahku ya (bagaimana dengan daerah kalian?). Di Indonesia sendiri yang merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar tentu saja menyambut Ramadhan dengan begitu senangnya. Bisa kita lihat dengan beberapa kebiasaan masyarakat pada umumnya untuk menyambut bulan suci Ramadan. Contohnya : 1. Belanja kebutuhan pokok Belanja kebutuhan pokok seperti minyak goreng, beras, ayam, sirup, susu, dan masih banyak lagi. Tentu saja harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Jangan ditanya lagi karena permintaan pasar yang semakin besar. Konsumsi masyarakat semakin besar saat bulan Ramadhan. Padahal kalau mau menerapkan hidup sehat, makanlah sesuai yang dibutuhkan, jangan sampai berlebihan. 2. Berlibur Berlibur bersama keluarga atau rekan sepergaulan menjadi pilihan beberapa orang termasuk keluarga saya sendiri. Tepat sehari sebelum Ramadhan, daripada galau menunggu sidang isbat mending kita pergi liburan. 3. Bersih-bersih Bersihkan rumah dengan segala macam perabotannya. Bersihkan hati dari iri, dengki, dendam dan segala macam dosa-dosa sambil meminta maaf di media sosial, salam-salaman dengan rekan kerja, teman kuliah, keluarga. Bersihkan hati dari rasa galau (uhuk). Kan kita mau kinclong sebelum masuk ke bulan Suci Ramadhan. 4. Ziarah kubur Tidak bisa dilepaskan dan dilupakan begitu saja kebiasaan ziarah kubur. Utamanya ziarah ke makam keluarga dan sanak saudara kita. Kalau makamnya bisa dijangkau bisa datang langsung ke sana, tapi kalau tidak bisa ya cukup doakan saja. 5. Pulang kampung Siapa nih yang pulang ke kampung halaman? Untuk apa coba kalau Cuma sehari dua hari ketemu keluarga terus balik lagi? Ah ternyata memang demi mengejar sahur pertama atau buka puasa bersama dengan keluarga. Saya bukan termasuk kategori ini, karena sejak lahir dan besar di kampung halaman sendiri. Dan tidak pernah jauh dengan orang tua. Tapi saya sebenarnya merasakan sendiri betapa sahur pertama dan buka puasa pertama begitu nikmat jika ditemani oleh keluarga terdekat kita. 6. Ma’baca doa Mungkin ada yang belum familiar dengan kata di atas, tapi daerah Bugis dan Makassar sudah tidak asing lagi dengan tradisi ini. Khususnya anggota keluarga kami. Entah siapa yang memulai tradisi ini dan menyebarkannya. Seperti keluarga saya sendiri, baik keluarga dari Ayah yang asli keturunan suku Makassar, maupun keluarga ibu yang asli keturunan suku Bugis. Kedua belah pihak sama-sama menjalankan tradisi ini. Ma’baca doa artinya membaca doa, yang dimaksud di sini membaca doa yang ditujukan kepada keluarga kita yang telah tiada. Misal kepada orang tua, kakek nenek, saudara yang telah tiada. Seperti tahun ini keluarga dari pihak ayah yaitu tante saya (istri dari kakaknya ayah) mengundang kami sekeluarga untuk datang ke rumahnya. Sehari setelahnya, keluarga dari pihak ibu yaitu tante saya (adik ibu) mengundang kami juga sekeluarga untuk ikut ma’baca. Mengapa dilakukan di rumah adiknya ibu, karena di sana ada nenek saya (orang yang paling tua). Pertama-tama yang harus disiapkan adalah makanan dalam satu nampan, yang biasanya terdiri dari ayam , sup, ikan , nasi, dan terkadang ada kue sebagai makanan penutup. Hari itu kami menyiapkan empat nampan. Kemudian dupa untuk mengharumkan ruangan. Dan tak lupa yang ma’baca doa adalah ustad atau yang sudah biasa melakukan tradisi ini. Dan yang menjadi ustad tentu saja ayah saya sendiri. Dengan memakai baju koko dan songkok, ayah duduk dihadapan nampan-nampan tersebut dan membaca doa dalam hati. Kami sekeluarga juga duduk mengelilingi nampan. Doa ditujukan kepada Nabi Muhammad beserta keluarganya, kemudian disebutkanlah satu persatu nama anggota keluarga yang telah tiada yang akan dikirimkan doa. Akhir doa kami semua membaca surah Al Fatihah. Selesai sudah ritualnya, kami semua lalu makan makanan yang tersedia di nampan tersebut. Menurut saya, tradisi ini sangat bagus dijadikan kebiasaan turun temurun di keluarga kami, karena mempererat tali silaturahim di antara sesama keluarga maupun tetangga. Mengapa saya katakan begitu, karena setelah membaca doa, biasanya pemilik rumah memanggil keluarga dan tetangga untuk ikut menikmati sajian di nampan tersebut sambil bercerita dan kadang bergosip (ups). Itulah beberapa yang dapat saya simpulkan dari beberapa kebiasaan masyarakat di daerah saya. Kalau mau memilih di antara ke enam poin di atas, yang kami lakukan hanya poin 2, 3, dan 6. Kalau kalian poin mana? Apapun pilihan kalian, apapun kebiasaan kalian mari kita menyambut Ramadhan dengan hati yang lapang. Pikiran positif, ibadah diperbanyak, jaga silaturahim. Selamat menyambut Bulan Suci Ramadhan 1437 H. Semoga kita menjadi pribadi yang suci dan bersih setelah berakhirnya bulan Suci Ramadhan. C u next chapter...

0 comments:

Posting Komentar